Wednesday 23 December 2015

Bentang Alam Fluvial

Halo guys, apa kabar? Saya Alhamdulillah sehat. semoga kalian juga dalam keadaan sehat selalu amin. minggu ini kita akan membahas mengenai bentang alam fluvial. Penasaran gimana isi? ini dia

2.1 Pengertian Bentang Alam Fluvial
Bentang alam fluvial merupakan satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya dengan proses fluviatil.  Proses fluviatil  itu sendiri adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water). Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan. Proses fluviatil ini bervariasi intensitasnya. Air permukaan merupakan salah satu mata rantai dari siklus hidrologi. Adanya air permukaan sangat dikontrol oleh adanya air hujan.

2.2  Proses Fluvial
2.2.1 Proses sedimentasi
Proses sedimentasi terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hillir ukuran butir material yang diendapkan semakin halus.
2.2.2  Proses erosi
Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
Ø Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
Ø Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
Ø Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander.
Ø Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :
Ø Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
Ø Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
Ø Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level.
Erosion base level ini dapat dibagi menjadi
Ø ultimate base level yang base levelnya berupa permukaan air laut
Ø temporary base level yang base levelnya lokal seperti permukaan air danau, rawa, dan sejenisnya.
Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang bersangkutan mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level. 
2.2.3  Proses Transportasi
Proses perpindahan / pengangkutan material oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi
Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah:
Ø stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh aliran sungai
Ø stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai.
Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum melalui dua mekanisme, yaitu:
Ø Mekanisme bed load: pada proses material-material tersebut terangkut sepanjang dasar sungai, dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain :
v Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai.
v Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai.
v Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.
Ø Mekanisme suspended load: material-material terangkut dengan cara melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :
v Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.
v Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan kimia.

2.3   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Erosi dan Sedimentasi
 2.3.1   Kecepatan Aliran Sungai
Kecepatan aliran sungai maksimal pada tengah alur sungai, bila membelok maka kecepatan maksimal ada pada daerah cut off slope (terjadi erosi) karena gaya sentrifugal. Pengendapan terjadi jika kecepatan sungai menurun atau bahkan hilang.
 2.3.2   Gradien/ Kemiringan Lereng Sungai
Bila air mengalir dari sungai yang kemiringan lerengnya curam ke dataran yang lebih rendah maka kecepatan air akan berkurang dan tiba-tiba hilang sehingga menybabkan pengendapan pada dasar sungai. Bila kemudian ada lereng yang terjal lagi, kecepatan akan meningkat sehingga terjadi erosi yang menyebabkan pendalaman lembah.
2.3.3   Bentuk Alur Sungai
Aliran sungai akan menggerus bagian tepi dan dasar sungai. Semakin besar gesekan yang terjadi maka air akan mengalir lebih lambat. Sungai yang dalam, sempit dan permukaan dasarnya tidak kasar, aliran airnya deras. Sungai yang lebar, dangkal dan permukaanya tidak kasar, atau sempit, dalam tetapi permukaan dasarnya kasar maka aliran airnya lambat.
2.3.4    Discharge
Merupakan volume air yang keluar dari suatu sungai. Proses erosi dan transportasi terjadi karena besarnya kecepatan aliran sungai dan discharge.

2.4  Pola Pengaliran

Gambar 2.1 Pola Pengaliran Sungai

2.4.1  Pola Aliran Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.

2.4.2  Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular.
2.4.3  Pola Aliran Rectangular 
Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
2.4.4  Pola Aliran Trellis 
Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu lipatan.
2.4.5  Pola Aliran Sentripetal  
Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial, di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.
2.4.6  Pola Aliran Annular 
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.
2.4.7  Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)  
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.

2.5  Klasifikasi Stadia Sungai
Sungai yang mengalir termasuk air permukaan. Berdasarkan stadia erosinya,
sungai dibedakan menjadi :
2.5.1 Sungai Muda
sungai dengan ciri-ciri :
Ø  Penampang melintang sungai berbentuk huruf V
Ø  Banyak dijumpai air terjun
Ø  Tidak terjadi pengendapan
Ø  Erosi vertikal efektif
Ø  Relatif lurus dan mengalir di atas batuan induk
2.5.2 Sungai Dewasa
sungai dengan ciri-ciri :
Ø  Penampang melintang sungai berbentuk huruf U
Ø  Erosi relatif kecil
Ø  Bermunculan cabang-cabang sungai
Ø  Erosi lateral efektif
2.5.3 Sungai Tua
sungai dengan ciri-ciri :
Ø  Penampang melintang sungai berbentukcawan
Ø  Erosi lateral sangat efektif
Ø  Anak sungai lebih banyak
Ø  Bermeander
Ø  Kemiringan datar

2.6  Contoh-Contoh Bentang Alam Fluvial
2.6.1  Meander
Belokan tajam pada sungai, biasanya terjadi pada dalam suatu rangkaian, yang disebabkan  karekteristik dari aliran air. Meander terbentuk pada aliran endapan sedimen dan berhenti diatas aliran karena terhalang.
2.6.2  Meander cut off
Meander cutoff merupakan meander yang terbentuk akibat aliran yang melewati bagian sempit dari leher meander, di mana aliran ke bawah telah berpindah dari meander yang telah melambat dan meander berikutnya telah mengambil aliran tersebut.
2.6.3  Flood Plain
Food plain adalah suatu level area pada daratan untuk memprediksi banjir dari tubuh air yang berdekatan. Flood plain digambarkan dari frekuensi banjir yang sudah terjadi.
2.6.4  Stream divide
Stream divide merupakan pembagian arus sungai berdasarkan dasar sungai dan arah alirannya tersebut. Pembagian tersebut, yaitu branch, beck, burn, creek, kill, lick, rill, river syke, bayou, rivulet, run.
2.6.5  River terrace
River terrace merupakan teras sungai yang tampak sepanjang sisi lembah, biasanya sejajar dengan tembok lembah. Kebanyakan terraces terbentuk ketika erosi pada sungai meningkat dan melewati flood plain.
2.6.6  Channel Bar
Channel Bar adalah endapan sungai yang terdapat pada tengah alur sungai.
2.6.7  Point bar
Point Bar adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi alur sungai.

2.6.8  Natural leveess
Natural levees merupakan pemanjangan dari tanggul terdiri dari pasir dan lanau dan terendapkan sepanjang tepi sungai selama masa banjir.
2.6.9  Back Swamp
Back swamp merupakan rawa yang mengalami penurunan area floodplain antara natural levees dan pada tepi floodplain
2.6.10  Braided stream
Braided stream adalah arus yang mengalir pada beberapa terusan yang terbagi dan yang bersatu. Braided stream terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar-datar, alurnya luas, dan dangkal.
2.6.11  Oxbow lake
Oxbow lake merupakan meander pada awalnya karena adanya pemotong pada arus akibat pelurusan air, maka terbentuklah struktur seperti tapal kuda, struktur ini dinamakan oxbow lake.
2.6.12  Crevasse splay
Crevasse splay merupakan kenampakan roman muka bumi yang terbntuk akibat arus berlebih memotong levee dan endapan sedimen pada floodplain. Hal ini dapat membuat endapan yang sangat besar sehingga menjadi delta.
2.6.13  Alluvial fan
Alluvial fan berbentuk seperti kipas, merupakan akumulasi dari endapan alluvial pada mulut jurang atau aliran anak sungai dengan arus utama.
2.6.14  Channel fill
Channel fill merupakan akumulasi pasir detritus pada arus di mana kapasitas transportasi dari air tidak mampu untuk memindahkan material secara berulang.
2.6.15  Overbank
Overbank merupakan penggambaran dari tipe  endapan alluvial atau sediment yang terendapkan pada floodplain di sungai. Biasanya endapan berbutir halus.
2.6.16  Flood basin
Flood basin merupakan daerah di bawah permukaan air selama air tinggi karena banjir pada daerah tertentu.

2.7  Skala Wenworth
Tabel 2.1 Pemilahan ukuran butir didasarkan skala Wentworth
Nama Butir
Besar Butir (mm)
Bongkah
256
Berangkal
256-64
Kerakal
64-4
Pasir sangat kasar
4-2
Pasir kasar
2-1
Pasir sedang
1-½
Pasir halus
½-¼
Pasir sangat halus
¼-1/8
Lanau
1/16-1/256
Lempung
1/256

2.8  Klasifikasi Van Zuidam
Tabel 2.2  Klasifikasi Relief Van Zuidam (1983)
Klasifikasi Relief
Persen lereng (%)
Beda tinggi (m)
Datar/hampir datar
0-2
<50
Bergelombang landai
3-7
5-50
Bergelombang miring
8-13
25-75
Berbukit bergelombang
14-20
50-200
Berbukit terjal
21-55
200-500
Pegunungan sangat terjal
56-140
500-1000
Pegunungan sangat curam
>140
>1000

Terima kasih buat kalian yang membaca blog saya. silahkan di share untuk keperluan ilmu pengetahuan

No comments:

Post a Comment