Friday 9 May 2014

BATUAN SEDIMEN

2.1      Pengertian Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
( Pettjohn, 1975 )
2.2      Struktur dan Tekstur Batuan Sedimen
           2.2.1      Struktur Batuan Sedimen
                                    Struktur merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang diakibatkan proses pengendapan dan energi pembentuknya.
1)      Syngenetik: terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga struktur primer.
a)      Karena proses fisik
1.      Struktur Eksternal
Terlihat dari kenampakan morfologi dan bentuk batuan sedimen secara keseluruhan di lapangan.
2.      Struktur Internal
Struktur ini terlihat pada bagian dalam batuan sedimen.
Ø  Perlapisan dan Laminasi, disebut perlapisan jika tebalnya > 1 cm dan disebut laminasi jika < 1 cm.
a)      Perlapisan/ laminasi sejajar, di mana lapisan atau laminasi batuan tersusun secara horizontal dan saling sejajar.
b)      Graded bedding, di mana butiran makin lama makin halus.
Ø  Masif, struktur kompak dan menyatu
a)      Ripple mark, bentuk permukaan bergelombang karena arus.
b)      Flute cast, bentuk gerusan pada permukaan lapisan akibat aktivitas arus.
c)      Mud cracks, bentuk retakan pada lapisan lumpur.
d)     Rain marks, kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan air hujan.
e)      Load cast, lekukan pada permukaan lapisan akibat gaya tekan dari baban di atasnya.
f)       Convolute structure, liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi
g)      Sandstone dike, karena deformasi pasir dapat terinjeksi pada lapisan sedimen di atasnya.
2)      Epigenetik: terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk, seperti kekar, sesar,dan lipatan.
           2.2.2      Tekstur Batuan Sedimen
                                    Tekstur adalah kenampakan yang erat berhubungan dengan ukuran, bentuk butir, dan susunan komponen mineral-mineral penyusunnya.
a.       Tekstur pada Batuan Sedimen Klastik
·         Ukuran butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan sedimen diukur berdasarkan klasifikasi wentworth. Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wentworth (1992) yaitu:
Tabel 2.1 Skala Ukuran Butir Wentworth
Ukuran Butir (mm)
Nama Butir
Nama Batuan
> 256
Bongkah (Boulder)
Breksi: jika fragmen berbentuk runcing
64 - 256
Berangkal (Couble)
4 – 64
Kerakal (Pebble)
Konglomerat: jika membulat
2 – 4
Kerikil (Gravel)
Fragmen berbentuk membulat
1 – 2
Pasir Sangat Kasar (Very Coarse Sand)


Batupasir
1/2 - 1
Pasir Kasar (Coarse Sand)
1/4 – 1/2
Pasir Sedang (Fine Sand)
 1/8 – 1/4
Pasir Halus (Medium Sand)
1/16 – 1/8
Pasir Sangat Halus (Very Fine Sand)
1/256 – 1/16
Lanau
Batulanau
< 1/256
Lempung
Batulempung
·         Tingkat kebundaran butir (roundness)
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs, 1987). Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh jarak transport butiran akan makin bundar. Pembagian kebundaran:
1.      Well rounded (membundar baik)
Semua permukaan konveks, hampir equidimensional, sferoidal.
2.      Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran bundar.
3.      Subrounded (membundar tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung membundar.
4.      Subangular (menyudut tanggung)
Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
5.      Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujung-ujungnya tajam.
·         Kemas (fabric) adalah hubungan antara massa dasar dengan fragmen batuan/ mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu: kemas terbuka, yaitu hubungan antara massa dasar dan fragmen butiran yang kontras sehingga terlihat fragmen butiran mengambang di atas massa dasar batuan. Kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang relatif seragam, sehingga massa dasar tidak terlihat.
·         Sortasi (pemilahan) adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen.
1.      Sortasi baik: bila besar butir seragam.
2.      Sortasi buruk: bila besar butir tidak seragam, terdapat matrik dan fragmen.
·         Sementasi (cement) adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun batuan. Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik adalah: karbonat, silika, oksida besi.
·         Porositas adalah ruang yang terdapat di antara fragmen butiran yang ada pada batuan.
·         Permeabilitas adalah sifat yang dimiliki oleh batuan untuk dapat meloloskan air.
b.      Tekstur pada Batuan Sedimen Non Klastik
Tekstur non klastik terutama dihasilkan oleh presipitasi kimiawi dan aktivitas organisme. Conto-contoh batuannya:
·         Evaporit yaitu batuan hasil penguapan garam batu, anhidrit, gips, garam kali, dan lain-lain.
·         Sedimen organik, sisa-sisa dari zat-zat misal gambut.
·         Sedimen silika, misal nodul dan konkresi.

2.3      Klasifikasi Batuan Sedimen
           Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi 2:
a.       Batuan Sedimen Klastik, adalah batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada (batuan beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh media (air, angin, gletser) dan diendapkan di suatu cekungan.
b.      Batuan Sedimen Non Klastik, adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi maupun organik.
2.4           Ciri Batuan Sedimen di Lapangan
           Pada umumnya batuan sedimen dapat dikenali dengan mudah di lapangan dengan adanya perlapisan. Perlapisan pada batuan sedimen disebabkan oleh:
a.       Perbedaan besar butir, seperti misalnya antara batupasir dengan batulempung.
b.      Perbedaan warna batuan, antara batupasir yang berwarna abu-abu terang dengan batulempung yang berwarna abu-abu kehitaman.
c.       Struktur sedimen juga menjadi penciri batuan sedimen, seperti struktur silang siur atau struktur gelembur gelombang.
d.      Sifat klastik, yaitu yang tersusun dari fragmen-fragmen lepas hasil pelapukan batuan yang kemudian tersemenkan menjadi batuan sedimen klastik.
e.       Kandungan fosil juga menjadi penciri dari batuan sedimen, mengingat fosil terbentuk sebagai akibat dari organisme yang terperangkap ketika batuan tersebut diendapkan.
2.5      Proses Sedimentasi
Dalah proses pengendapan material karena aliran sungai tidak mampu lagi mengangkut mineral yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan ringan.
Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian  slip of slope pada kelokan sungai, kerena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar.
Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkan semakin halus.