Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil
aktivitas kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan
bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
( Pettjohn, 1975 )
2.2 Struktur dan Tekstur Batuan Sedimen
2.2.1 Struktur Batuan Sedimen
Struktur
merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang diakibatkan
proses pengendapan dan energi pembentuknya.
1) Syngenetik:
terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga struktur
primer.
a) Karena
proses fisik
1. Struktur
Eksternal
Terlihat dari kenampakan morfologi dan bentuk batuan
sedimen secara keseluruhan di lapangan.
2. Struktur
Internal
Struktur ini terlihat pada bagian dalam batuan
sedimen.
Ø Perlapisan
dan Laminasi, disebut perlapisan jika tebalnya > 1 cm dan disebut laminasi
jika < 1 cm.
a) Perlapisan/
laminasi sejajar, di mana lapisan atau laminasi batuan tersusun secara
horizontal dan saling sejajar.
b) Graded
bedding, di mana butiran makin lama makin halus.
Ø Masif,
struktur kompak dan menyatu
a) Ripple
mark, bentuk permukaan bergelombang karena arus.
b) Flute
cast, bentuk gerusan pada permukaan lapisan akibat aktivitas arus.
c) Mud
cracks, bentuk retakan pada lapisan lumpur.
d) Rain
marks, kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan air hujan.
e) Load
cast, lekukan pada permukaan lapisan akibat gaya tekan dari baban di atasnya.
f) Convolute
structure, liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi
g) Sandstone
dike, karena deformasi pasir dapat terinjeksi pada lapisan sedimen di atasnya.
2) Epigenetik:
terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk, seperti kekar, sesar,dan lipatan.
2.2.2 Tekstur Batuan Sedimen
Tekstur
adalah kenampakan yang erat berhubungan dengan ukuran, bentuk butir, dan
susunan komponen mineral-mineral penyusunnya.
a.
Tekstur pada Batuan Sedimen Klastik
·
Ukuran butir adalah ukuran butir dari
material penyusun batuan sedimen diukur berdasarkan klasifikasi wentworth.
Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wentworth (1992) yaitu:
Tabel 2.1 Skala Ukuran
Butir Wentworth
Ukuran
Butir (mm)
|
Nama
Butir
|
Nama
Batuan
|
>
256
|
Bongkah (Boulder)
|
Breksi: jika fragmen
berbentuk runcing
|
64 - 256
|
Berangkal (Couble)
|
|
4 – 64
|
Kerakal (Pebble)
|
Konglomerat: jika
membulat
|
2 – 4
|
Kerikil (Gravel)
|
Fragmen berbentuk
membulat
|
1 – 2
|
Pasir Sangat Kasar
(Very Coarse Sand)
|
Batupasir
|
1/2 - 1
|
Pasir Kasar (Coarse
Sand)
|
|
1/4 – 1/2
|
Pasir Sedang (Fine
Sand)
|
|
1/8 – 1/4
|
Pasir Halus (Medium
Sand)
|
|
1/16 – 1/8
|
Pasir Sangat Halus
(Very Fine Sand)
|
|
1/256 – 1/16
|
Lanau
|
Batulanau
|
< 1/256
|
Lempung
|
Batulempung
|
·
Tingkat kebundaran butir (roundness)
Tingkat
kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis proses
transportasi dan jarak transport (Boggs, 1987). Jarak transport akan
mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh
jarak transport butiran akan makin bundar. Pembagian kebundaran:
1. Well
rounded (membundar baik)
Semua
permukaan konveks, hampir equidimensional, sferoidal.
2. Rounded
(membundar)
Pada
umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran bundar.
3. Subrounded
(membundar tanggung)
Permukaan
umumnya datar dengan ujung-ujung membundar.
4. Subangular
(menyudut tanggung)
Permukaan
pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
5. Angular
(menyudut)
Permukaan
konkaf dengan ujung-ujungnya tajam.
·
Kemas (fabric) adalah hubungan antara massa dasar dengan fragmen batuan/
mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu: kemas terbuka, yaitu
hubungan antara massa dasar dan fragmen butiran yang kontras sehingga terlihat
fragmen butiran mengambang di atas massa dasar batuan. Kemas tertutup, yaitu
hubungan antar fragmen butiran yang relatif seragam, sehingga massa dasar tidak
terlihat.
·
Sortasi (pemilahan) adalah keseragaman
dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen.
1. Sortasi
baik: bila besar butir seragam.
2. Sortasi
buruk: bila besar butir tidak seragam, terdapat matrik dan fragmen.
·
Sementasi (cement) adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun
batuan. Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik adalah: karbonat,
silika, oksida besi.
·
Porositas adalah ruang yang terdapat di
antara fragmen butiran yang ada pada batuan.
·
Permeabilitas adalah sifat yang dimiliki
oleh batuan untuk dapat meloloskan air.
b. Tekstur
pada Batuan Sedimen Non Klastik
Tekstur non klastik terutama dihasilkan oleh
presipitasi kimiawi dan aktivitas organisme. Conto-contoh batuannya:
·
Evaporit yaitu batuan hasil penguapan
garam batu, anhidrit, gips, garam kali, dan lain-lain.
·
Sedimen organik, sisa-sisa dari zat-zat
misal gambut.
·
Sedimen silika, misal nodul dan
konkresi.
2.3 Klasifikasi Batuan Sedimen
Secara garis
besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi 2:
a. Batuan
Sedimen Klastik, adalah batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang
sudah ada (batuan beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh
media (air, angin, gletser) dan diendapkan di suatu cekungan.
b. Batuan
Sedimen Non Klastik, adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi
maupun organik.
2.4
Ciri
Batuan Sedimen di Lapangan
Pada umumnya
batuan sedimen dapat dikenali dengan mudah di lapangan dengan adanya
perlapisan. Perlapisan pada batuan sedimen disebabkan oleh:
a. Perbedaan
besar butir, seperti misalnya antara batupasir dengan batulempung.
b. Perbedaan
warna batuan, antara batupasir yang berwarna abu-abu terang dengan batulempung
yang berwarna abu-abu kehitaman.
c. Struktur
sedimen juga menjadi penciri batuan sedimen, seperti struktur silang siur atau
struktur gelembur gelombang.
d. Sifat
klastik, yaitu yang tersusun dari fragmen-fragmen lepas hasil pelapukan batuan
yang kemudian tersemenkan menjadi batuan sedimen klastik.
e. Kandungan
fosil juga menjadi penciri dari batuan sedimen, mengingat fosil terbentuk
sebagai akibat dari organisme yang terperangkap ketika batuan tersebut diendapkan.
2.5 Proses Sedimentasi
Dalah proses pengendapan material karena aliran
sungai tidak mampu lagi mengangkut mineral yang dibawanya. Apabila tenaga
angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat
akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan
ringan.
Bagian sungai yang paling efektif untuk proses
pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan
sungai, kerena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang
cukup besar.
Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus
dengan besarnya energi pengangkut, semakin ke arah hilir, energi semakin kecil,
material yang diendapkan semakin halus.